Oleh : Nur Isnaeni*
Kalinegoro tak sekadar nama tempat, namun merupakan salah satu dari 13 desa atau kelurahan di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Desa Kalinegoro terdiri dari 13 dusun. Yaitu Dusun Jetis, Pronoggaten, Bromo, Bletukan, Kaligintung, Dukoh, Jati, Maliyan, Daren, Kelipan, Tonogoro, Jonggrangan, dan Gending Sari.
Kalinegoro juga memiliki 4 perumahan. Yaitu Perumnas Kalinegoro- sebagai perumahan terluas-, Perumahan Argajaya, Perumahan Griya Kusuma Asri, dan Perumahan Marisland.
Desa ini membentang seluas 466.380 hektare dengan sebagian besar lahan penuh atap seng dan tanah liat. Desa Kalinegoro berada pada ketinggian 300 mdpl, dapat dikatakan sebagai dataran rendah. Menurut survei pada awal tahun 2021, desa ini memiliki 15.000 jiwa.
Kalinegoro dikelilingi daerah yang menjadi batas wilayah. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bondowoso. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasuruhan. Dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Jogonegoro. Terdapat 78 RT dan 18 RW di desa ini.
Berdasarkan keterangan Bapak Maksudi, salah satu sesepuh di Dusun Jetis, nama Kalinegoro berasal dari dua kata. Yakni “Kali” dan “Negoro”. Kata “Kali” dalam kamus Bausastra Jawa memiliki arti lepen atau sungai. Dan “Negoro” dapat diartikan sebagai negara. Namun, kata “Negoro” yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah daerah atau bagian dari negara, yang di dalamnya terdapat masyarakat yang menempati dan adanya suatu susunan dalam kemasyarakatan.
Senada dengan pembentukan pada kata Kalinegoro, nama desa ini tercipta karena lokasinya yang dikelilingi dengan sejumlah “kali” atau sungai. Beberapa sungai atau kali tersebut antara lain Kali Gending yang terletak di sebelah timur dan selatan Kalinegoro. Kali Progo, Kali Semut, Kali Warak di sebelah barat Kalinegoro. Dan Kali Malang di sebelah utara Kalinegoro. Dengan banyaknya kali-kali atau sungai yang mengelilingi desa ini, menjadikan terciptanya nama desa dengan sebutan “Kalinegoro”.
Keberadaan daerah bernama Kalinegoro, setidaknya dapat dijumpai dalam berbagai informasi sejak zaman Hindia Belanda. Informasi yang didapat antara lain, daftar abjad bagian administrasi dan hukum adat Hindia Belanda. Dalam daftar abjad tersebut, tertera kata Kalinegoro disertai kata Mertojoedan dan Magelang. Selain itu, kata Kalinegoro juga ditemukan pada artikel surat kabar De Locomotief no. 51, volume 78, tertanggal 2 Maret 1929 dan artikel surat kabar Het Nieuws van Den Dag Voor Nederlandsch-Indie, no 53, volume 34, tertanggal 5 Maret 1929.
Pada zaman Hindia Belanda, kata Kalinegoro pun, tercatat pada suatu majalah dengan nama Indisch Tijdschrift van Het Recht Orgaan Der Nerderlandsch-Indische Juristen-Vereeniging, tertanggal 1 Januari 1940. Benar adanya, Kalinegoro telah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Hiruk pikuk Kalinegoro, dapat dirasakan setiap pagi. Suasana tenang akan berubah, dengan terdengarnya suara sepeda motor yang dipanaskan di setiap sudut desa, sebagai persiapan sekolah dan kerja.
Jalan-jalan mulai dipadati dengan kendaraan yang melintas. Siswa-siswa menunggu angkutan di sepanjang jalan utama. Angkutan penuh siswa dan karyawan setiap pagi. Hal itu menjadi ciri khas desa. Di sisi lain, Kalinegoro memiliki potensi di berbagai bidang.
Perkembangan sosial di Kalinegoro salah satunya terlihat dari perumahan yang ada. Akan terbesit pikiran mengenai perumahan yang luas apabila mendengar kata “Kalinegoro”. Apabila seseorang tiba di desa ini, akan terlihat berbagai perumahan di sepanjang jalan utama, yaitu Jalan Mayor Unus. Terdapat fasilitas publik yang cukup lengkap. Mulai dari fasilitas kesehatan dengan adanya puskesmas, bidan, praktik dokter umum, dan apotek.
Perekonomian di Kalinegoro pun tidak kalah lengkap, mulai dari jasa potong rambut, cetak foto, dekorasi, penjual makanan, berbagai pertokoan, faks futsal, hingga bank. Terdapat juga lapangan sepak bola yang luas dan biasa digunakan untuk turnamen.
Pada bidang pendidikan terdapat sekolah-sekolah mulai dari PAUD, TK, SD, MI, dan pondok pesantren. Untuk bidang keagamaan, terdapat masjid dan gereja. Disamping fasilitas publik yang telah dijelaskan, Kalinegoro memiliki balai desa sebagai tempat untuk penyelenggaraan pemilu dan lain sebagainya. Hampir di setiap RW di perumahan berdiri balai-balai, yang digunakan untuk berbagai kepentingan, sehingga melengkapi fasilitas yang ada di desa ini.
Kalinegoro pun masih memiliki lahan sawah dan kebun di beberapa dusun. Hal ini menjadikan Desa Kalinegoro asri dan menyejukkan pandangan. Dapat dikatakan, Kalinegoro bagaikan kota kecil di Kecamatan Mertoyudan. (bis/lis)
*) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Magelang