Oleh : Aulia Rahma Damayanti
Baru-baru ini resesi menjadi topik yang hangat diperbincangkan di lini masa. Resesi diartikan sebagai kondisi ekonomi riil tumbuh negatif atau dengan kata lain adanya penurunan produk domestik bruto selama dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun berjalan. Penurunan dampak dari resesi berlangsung selama dua kuartal, bahkan dapat berlangsung secara terus-menerus dan akan memengaruhi ekonomi domestik negara-negara di seluruh dunia.
Melihat laporan perkembangan ekonomi global yang kian mengkhawatirkan, semakin menyadari bahwa jurang krisis dan resesi ada di depan mata. Krisis ekonomi yang sudah terjadi di beberapa negara saat ini menjadi indikasi terhadap kemunculan resesi.
Pertumbuhan ekonomi global melambat, krisis ekonomi yang sudah terjadi di beberapa negara saat ini menjadi indikasi terhadap kemunculan resesi tersebut. Satu per satu negara di dunia dilaporkan telah terjerembab dalam jurang resesi, seperti di negara Singapura, Australia, Hongkong, dan beberapa negara lain di Eropa.
Begitu juga pada Amerika dan Ukraina yang resmi resesi pada Juli 2022. Bahkan perekonomian China juga merosot sehingga kekhawatiran resesi global 2023 menguat. Situasi itu disebabkan oleh sederet faktor.
Hal pertama yang menjadi faktor terjadinya resesi adanya guncangan ekonomi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan masalah keuangan yang serius. Contohnya guncangan ekonomi akibat pandemi yang melanda dunia. Kondisi ini membuat perekonomian negara memburuk.
Selain itu karena adanya peningkatan suku bunga yang serentak hampir di semua negara. Bank sentral di berbagai negara telah meningkatkan upaya mengekang inflasi dengan kenaikan suku bunga lebih besar. Tren kenaikan suku buka ini tercermin dari bank sentral Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang telah menaikkan suku bunga 200 basis poin (BPS) selama tahun 2022. Kenaikan suku bunga tersebut dapat mengancam keberlangsungan ekonomi di negara. Di tengah-tengah tingginya tingkat utang pemerintah, kebijakan ini menimbulkan perlambatan ekonomi. Diperparah lagi dengan perang antara Rusia dan Ukraina sebagai penyebab krisis pangan dan energi yang menimbulkan lonjakan inflasi di mana-mana sehingga dampaknya terasa bagi seluruh lapisan masyarakat.
Resesi berdampak luas. Salah satunya dapat membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran karena rantai ekonomi tidak bergerak. Hal itu mengakibatkan terjadinya penambahan jumlah pengangguran di suatu negara. Otomatis, bertambah pula jumlah warga miskin. Ketika semakin banyak pengangguran dalam suatu negara, daya beli masyarakat pun melemah sehingga berdampak pada kemerosotan bisnis.
Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi semakin dalam walaupun saat ini ekonomi global dihadapkan pada ketidakpastian dan tantangan. Indonesia berpotensi kecil mengalami resesi ekonomi pada 2023. Terdapat potensi pasar Indonesia yang selama ini justru kurang menjadi perhatian.
Neraca perdagangan masih surplus, current account surplus masih berlanjut sehingga Bank Indonesia ada ruang untuk menjaga suku bunga kebijakan pada level saat ini. Selain itu faktor domestik dimana konsumsi dan investasi yang menyusun komponen pertumbuhan juga menjadi modal kuat bagi Indonesia. Selama dua komponen tersebut membaik dengan mobilitas yang tinggi, maka pemulihan ekonomi di Indonesia akan terus berlanjut. Meski begitu perlu bagi negara untuk dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan perekonomian guna menghadapi resesi.
Peningkatan perekonomian merupakan poin penting yang perlu diupayakan di Indonesia untuk menghindari terjadinya resesi. Taraf hidup dan kondisi masyarakat akan meningkat, apabila perekonomian nasional juga meningkat. Hal ini dapat dicapai jika pemerintah dan masyarakat mampu berperan aktif melakukan cara-cara efektif yang dapat mendorong tumbuhnya perekonomian Indonesia. Untuk mendukung peningkatan perekonomian Indonesia, salah satu cara yang dapat dilakukan setiap orang adalah meningkatkan kualitas diri masing-masing. Di Indonesia, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan aset yang sangat dibutuhkan dalam proses peningkatan ekonomi. Tidak hanya itu, peningkatan ekonomi juga dapat didukung dengan mengelola sumber daya. (*/lis)
Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar